Jamak dalam linguistik adalah bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau banyak. Di dalam bahasa Indonesia, jumlah jamak adalah jumlah yang lebih dari satu. Pengertian yang sama terdapat pada bahasa Inggris. Pengertian yang sedikit berbeda adalah pada bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, jamak adalah jumlah lebih dari dua; karena jumlah dua disebut mutsanna.
Di dalam sistem bahasa-bahasa, sifat jamak ditunjukkan melalui berbagai cara. Cara tersebut bergantung terhadap berbagai unsur bahasa lain dalam satu wacana tersebut. Misalnya, dalam bahasa Inggris, penjamakan terhadap nomina ditandai dengan (1) to be jamak, morfem -s dan alomorfnya yang menempeli nomina yang dijamakkan, (3) penggunaan kata tunjuk jamak, (4) pemerian jumlah sebelum kata yang dimaksud, dan sebagainya. Contoh:
(1a) This is a pen
(1b) These are pens
Kalimat (1a) menggunakan penunjuk this dan to be is serta kata depan a. Dari unsur-unsur ini kita mengetahui bahwa pen di kalimat itu hanya ada satu. Beda dengan (1b) yang menggunakan these dan are. Jika diperhatikan, tampak bahwa penggunaan this dan is serta these dan are selalu berpasangan. Pasangan ini akibat adanya sistem concord di dalam bahasa Inggris, yaitu persesuaian — saya lebih senang menyebutnya sebagai kekompakan – antarbagian-bagian konstituen kalimat.
Di dalam bahasa Indonesia, tidak ada to be dan kata tunjuk sepert ini dan itu tidak dapat menunjukkan penjamakan. Secara sintaktis Bahasa Indonesia tidak menunjukkan penjamakan seperti concord to be di dalam bahasa Inggris — karena memang tidak punya to be – tetapi menunjukkannya secara leksikal. Artinya, bahasa Indonesia menunjukkan penjamakan menggunakan kata yang memang bermakna jamak. Kata yang bermakna jamak itu banyak sekali, misalnya beberapa, para, sejumlah, dan tentunya bilangan selain satu. Contoh untuk itu dapat ditunjukkan dalam kalimat berikut.
(2) Para relawan berjalan menyusuri jalan setapak sejauh 4 km yang membelah hutan.
(3) Ketua BEM dan beberapa kepala departemennya akhirnya bersedia untuk bertemu dengan dekan.
(4) Para pelatih telah mempersiapkan sejumlah latihan khusus untuk tim.
Untuk penunjukkan kejamakan melalui taktik morfologis, bahasa Inggris punya morfem -s yang menunjukkan jamak seperti pens dalam kalimat (1b ) sedangkan bahasa Indonesia menunjukkannya melalui reduplikasi atau bentuk berulang. Misalnya, buku jelas beda dengan buku-buku, sayur jelas beda dengan sayur-mayur, surat-surat jelas beda dengan surat.
Satu hal yang patut dicamkan baik-baik adalah dalam bahasa Indonesia, karena tidak ada sistem concord, penjamakan hanya menggunakan salah satu dari metode-metode di atas. Dengan demikian, apabila dalam satu kalimat penjamakan sudah ditandai dengan kata jamak seperti beberapa, semua atau para, tidak perlu lagi menandai penjamakan melalui reduplikasi; sehingga tidak pernah terbentuk kalimat seperti ini:
(5) Semua surat-surat itu akan dibuang dari lemari arsip.*
Sayangnya, para penutur bahasa Indonesia sering kecolongan mengenai hal seperti ini. Dugaan saya, ini akibat (1) kebiasaan yang salah, (2) kurang pahamnya cara penjamakan di dalam bahasa Indonesia, dan (3) kurang pahamnya makna kata dipakai — dalam hal kejamakannya.
Khusus sebab ketiga, banyak sekali contohnya. Kalimat-kalimat di bawah ini contohnya.
(6) Para hadirin dan hadirat sekalian, selamat datang di acara ini.
(7) Oleh karena satu dan lain hal, kegiatan ini akan diundur tiga hari.
(8) Mereka adalah para relawan yang akan berangkat besok.
Kalimat (6) memiliki kata para, hadirin, dan hadirat. Kata para sudah jelas menunjukkan kejamakan. Kata hadirin dan hadirat adalah nomina dari bahasa Arab yang sebenarnya sudah bermakna jamak. Rupanya penutur bahasa Indonesia menyerap dan menggunakan kata ini tanpa paham betul maknanya — kasus yang sama terjadi pada kata alumni dan alumnus yang sering dianggap sama dan dipertukarkan penggunaannya.
Kalimat (7) menunjukkan ketidak kekonsistenan penunjukan jumlah hal. Awalnya disebut satu hal, kemudian disebut pula lain hal. Jadi, sebenarnya hal yang dimaksud ada satu atau ada yang lain?
Kalimat (8) memiliki kata mereka yang jelas-jelas bermakna jamak dan kata para yang lagi-lagi menunjukkan jamak. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasa Indonesia hanya menggunakan salah satu metode penjamakan untuk menunjukkan penjamakan dalam satu kalimat. Singkatnya, pilih salah satu! Kalimat (8) justru menggunakan dua penanda jamak padahal semestinya, pilihlah salah satu: penggunaan mereka tanpa para atau para tanpa mereka.
Semoga dengan pemaparan ini, kita para pengguna bahasa Indonesia dapat menjadikan bahasa kita ini lebih baik dan terhormat dengan menggunakannya secara semestinya dan sebaik mungkin.
Salam!
http://metalingua.wordpress.com/2010/10/06/kecolongan-dalam-penjamakan/
Comments